Ada lima peristiwa besar yang pentingmenjelang lahirnya Orde Baru, yaitu:
1. Lahirnya Tritura
Usaha penumpasan G 30 S/PKI telah menunjukkan hasil
yang memuaskan. Kerja sama ABRI dengan rakyat telah berhasil melumpuhkan
PKI.Akan tetapi, secara politik PKI masih berdiri sebagai sebuah partai
politik. Sejauh itu presiden Soekarno belum mau menindak PKI yang
terang-terangan telah melakukan upaya kudeta. Berbeda dengan pemerintah pusat,
penguasa militer di Jawa Barat dan Jakarta serta masyarakat di Jawa Timur
segera membekukan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya. Sementara itu di tengah
tengah ketidak tegasan sikap pemerintah terhadap PKI, rakyat di daerah-daerah
menjadi tidak sabar dan mengambil tindakan sendiri dengan jalan membunuh
tokoh-tokoh PKI. Aksi kekerasan itu terjadi terutama di Jawa, Bali dan Sumatera
Utara.Mencermati situasi seperti itu, banyak cabang dan ranting PKI di daerah-daerah
segera membubarkan diri.
Para pemimpin dan pengikut PKI berusahamenyerahkan
diri kepada alat negara. Pada tanggal 25 Oktober 1965, paramahasiswa UImendirikan
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Selain KAMI, bermunculan pula
kesatuan aksi lainnya, seperti: KAPI (KesatuanAksi Pelajar Indonesia), KAPPI (KesatuanAksi
Pemuda Pelajar Indonesia),
KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAWI (KesatuanAksi Wanita Indonesia), KABI (KesatuanAksi Buruh Indonesia)
Kesatuan-kesatuan aksi pada dasarnyamenuntut pembubaran PKI dan upaya hukum penyelesaian pemberontakan G 30 S/PKI. Kesatuan-kesatuan aksi itu, pada tanggal 23 Oktober 1965 membentuk wadah yang bernama “Front Pancasila”, yang bersama-sama dengan organisasi yangmenentang PKImengadakan rapat akbar tanggal 26Oktober 1965
di lapangan Banteng, Jakarta.
KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAWI (KesatuanAksi Wanita Indonesia), KABI (KesatuanAksi Buruh Indonesia)
Kesatuan-kesatuan aksi pada dasarnyamenuntut pembubaran PKI dan upaya hukum penyelesaian pemberontakan G 30 S/PKI. Kesatuan-kesatuan aksi itu, pada tanggal 23 Oktober 1965 membentuk wadah yang bernama “Front Pancasila”, yang bersama-sama dengan organisasi yangmenentang PKImengadakan rapat akbar tanggal 26Oktober 1965
di lapangan Banteng, Jakarta.
Dengan memperhatikan sikap-sikap presiden Soekarno
tersebut, rakyat dan para kesatuan aksi semakin berani menuntut pembubaran PKI
danmengadili tokoh-tokohnya, termasuk menuduh presiden Soekarno sebagai
pemimpin yang pro-PKI. Dengan dasar pertimbangankemelut politik yang
tidakmenentu danmembumbungnya harga-harga kebutuhan pokok. Oleh karena itu pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan-kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila. Kemudian pada tanggal
12 Januari
1966 mereka berkumpul di halaman Gedung DPR-GR untuk mengajukan Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat yang terkenal dengan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) (pembubaran PKI beserta organisasi massanya, pembersihan
kabinet Dwikora, penurunan harga-harga barang).
Adapun isi dari Tritura adalah:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
c. Turunkan harga
Adapun isi dari Tritura adalah:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
c. Turunkan harga
Aksi-aksi Tritura berlangsung selama 60 hari.Makin
hari mereka makin giat melakukan demonstrasi apalagi pemerintahmelakukan tindakan
yang bertentangan dengan kehendak rakyat.
Pada tanggal 24 Februari 1966, para demonstran menggelar aksi serentak untuk menggagalkan peresmian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa, Arief Rahman Hakim, gugur terkena tembakan Resimen Cakrabirawa. Ia kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera. Sehari setelah insiden itu, presiden membubarkan KAMI.
Pada tanggal 24 Februari 1966, para demonstran menggelar aksi serentak untuk menggagalkan peresmian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa, Arief Rahman Hakim, gugur terkena tembakan Resimen Cakrabirawa. Ia kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera. Sehari setelah insiden itu, presiden membubarkan KAMI.
2. Surat Perintah
Sebelas Maret (SUPERSEMAR)
Tanggal 11Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa siap
memboikot sidang paripurna kabinet Dwikora yang disempurnakan. Sidang kabinet
dipimpin oleh presiden Soekarno.
Pada saat sidang kabinet berjalan, Brigjen Sabur (ajudan presiden/komandan pasukan pengawal cakrabirawa)melihat “pasukan tak dikenal” berkeliaran di sekitar IstanaMerdeka. Ia segera melaporkan kepada presiden tentang keberadaan pasukan tak dikenal itu. Demi keselamatan jiwa, presiden Soekarno memutuskan meninggalkan sidang dan menyerahkan pimpinan sidang kepada WaperdamII, Dr. J. Leimena, presiden kemudian meninggalkan sidangmenuju Istana Bogor dengan disertai WaperdamIDr. Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh.
Pada saat sidang kabinet berjalan, Brigjen Sabur (ajudan presiden/komandan pasukan pengawal cakrabirawa)melihat “pasukan tak dikenal” berkeliaran di sekitar IstanaMerdeka. Ia segera melaporkan kepada presiden tentang keberadaan pasukan tak dikenal itu. Demi keselamatan jiwa, presiden Soekarno memutuskan meninggalkan sidang dan menyerahkan pimpinan sidang kepada WaperdamII, Dr. J. Leimena, presiden kemudian meninggalkan sidangmenuju Istana Bogor dengan disertai WaperdamIDr. Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh.
Setelah sidang ditutup, tiga perwira tinggi ABRI
yang ikut menghadiri rapat segera mengambil prakarsa untuk menemui presiden
Soekarno di Istana Bogor. Mereka ingin menjelaskan keadaan yang sebenarnya dan
ingin meyakinkan bahwa Angkatan Darat masih tetap setia dan taat kepada
presiden. Tiga orang perwira tinggi itu ialah Mayjen Basuki Rachmat (Menteri
Urusan Veteran danMobilisasi),BrigjenM. Jusuf (MenteriPerindustrian), dan
Brigjen Amirmachmud (PangdamV/Jaya). Sebelum berangkat keBogor, ketiga perwira
tinggi itu menemui Letjen Soeharto di kediamannya. Ketiga perwiramelaporkan
peristiwa yang terjadi di istana negara dan sekaligus meminta izin untukmenemui
presiden. Letjen Soeharto yang sedang sakit mengizinkan ketiga perwira menemui
presiden di istana Bogor. Ia juga menitipkan pesan untuk disampaikan kepada
presiden Soekarno yang menyatakan kesanggupannya mengatasi keadaan apabila
presiden mempercayakan kepada dirinya. Penyusunan Surat Perintah Sebelas Maret.
Pada waktu ketiga perwira tinggi itumenghadap
presiden di istana Bogor, di sana telah hadir Waperdam I Dr. Soebandrio dan
Waperdam III Chaerul Saleh. Setelah itu disusul kedatangan ajudan presiden
Brigjen Sabur. Setelah diadakan pembicaraan yang mendalam terhadap situasi dan
kondisi negara RI, presiden Soekarno akhirnya setuju untuk memberi surat
perintah kepada Letjen Soeharto. Kemudian pada tokoh-tokoh yang hadi rdi tempat
tersebut, presiden Soekarno menugaskan untuk merumuskan surat perintah. Pada
sekitar pukul 19.00 WIB surat perintah tersebut rampung disusun dan
ditandatangani oleh presiden. Suratperintah tersebut beris ipemberian mandat
kepada LetjenSoeharto selaku panglima angkatan daratdan Pangkop kamtib untuk
memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Dalammenjalankan tugas,
penerimamandat diharuskan melaporkan segala sesuatu kepada presiden.Mandat itu
kemudian dikenal sebagai Surat Perintah11Maret
(Supersemar). Jadi ada
beberapa faktor yang melatar belakangi lahirnya Supersemar, antara lain:
a. Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting.
b. Untukmengatasi situasi yang kacau dan genting sebagai akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
c. MenyelamatkanNegara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Untukmemulihkan keadaan danwibawa pemerintah.
a. Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting.
b. Untukmengatasi situasi yang kacau dan genting sebagai akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
c. MenyelamatkanNegara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Untukmemulihkan keadaan danwibawa pemerintah.
Langkah awal yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto adalah membubarkan dan
melarang PKI beseta unsur-unsur yang berada di belakangnya, mulai 12 Maret 1966. Selanjutnya,
mayjen Soeharto melaksanakan penahanan atas 15 Orang anggota kabinet yang
dinilai telah terlibat dalam peristiwa G30S/PKI. Langkah-langkah yang ditempuh
oleh Soeharto itu berhasil memenuhi tuntutan masyarakat yang terdapat dalam
Tritura, terutama dalam hal pembubaran PKI. Selanjutnya, Soeharto merencanakan
Program-program perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Pada saat itulah
Era Orde Baru dimulai.
3. Dualisme
Kepemimpinan Nasional dan Ditolaknya Pidato Pertanggung jawaban Presiden
Soekarno
Dalam pelaksanaannya, pembentukan kabinet Ampera
ternyata berakibat munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno
sebagai pimpinan pemerintahan dan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan.
Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan,
sedangkan sebaliknya Letjend Soeharto banyak menjalankan tugas-tugas harian
pemerintahan.Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini akhirnya menimbulkan
pertentangan politik dalam masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung
Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa. Demi menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara, presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada pengemban Tap. MPRS. No.
IX/MPRS/ 1966 Jenderal Soeharto pada 23 Februari 1967. Sebagai tindak lanjut,
pada 7 -
12Maret 1967 diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dengan tema utama
mengenai pertanggungjawaban presiden selaku mandataris MPRS.
Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno
menyampaikan pidato NAWAKSARA dalam persidangan MPRS. Nawa berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti sembilan,
dan Aksara berarti huruf atau istilah. Pidato itumemang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno, selakumandatarisMPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebabmeletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pengabaian peristiwa yangmengakibatkan gugurnya sejumlah jenderal angkatan darat itu tidak memutuskan anggotaMPRS.Melalui Keputusan Nomor 5/MPRS/1966,MPRSmemutuskan untukminta kepada presiden agarmelengkapi laporan pertanggung jawabannya, khususnya mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa Gerakan 30 September beserta epilognya dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak. Pada tanggal 10 Januari 1967 presidenmenyampaikan surat kepada pimpinanMPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelnawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggung jawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak. Setelah membahas Pelnawaksara pada tanggal 21 Januari 1967, pimpinan MPRS menyatakan
bahwa presiden telah alpa dalammemenuhi ketentuan konstitusional.
dan Aksara berarti huruf atau istilah. Pidato itumemang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno, selakumandatarisMPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebabmeletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pengabaian peristiwa yangmengakibatkan gugurnya sejumlah jenderal angkatan darat itu tidak memutuskan anggotaMPRS.Melalui Keputusan Nomor 5/MPRS/1966,MPRSmemutuskan untukminta kepada presiden agarmelengkapi laporan pertanggung jawabannya, khususnya mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa Gerakan 30 September beserta epilognya dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak. Pada tanggal 10 Januari 1967 presidenmenyampaikan surat kepada pimpinanMPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelnawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggung jawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak. Setelah membahas Pelnawaksara pada tanggal 21 Januari 1967, pimpinan MPRS menyatakan
bahwa presiden telah alpa dalammemenuhi ketentuan konstitusional.
Sementara itu, DPR-GR berpendapat bahwa
Pelnawaksara itu tidak lengkap dan memutuskan untukmenolaknya. Pada tanggal 9
Februari 1967,DPR-GRmenyatakan bahwa kepemimpinan presidenIr. Soekarno secara
konstitusional,politis/ideologismembahayakan keselamatan dan keutuhan
negara.Mereka lalumengajukan resolusi agar pimpinan MPRS mengadakan sidang
istimewa untuk memberhentikan Ir. Soekarnodanmengangkat Soeharto sebagai
pejabat presiden.
4. Kronologis
Peristiwa Politik Pada Masa Orde Baru
adalah sebagai berikut:
a. Tanggal 11Maret 1966 : Keluarnya Supersemar sebagai tanggal lahirnya Orde Baru
b. Tanggal 11 Agustus 1966 : Normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia
c. Tanggal 28 September 1966 : Indonesiamasuk kembalimenjadi anggota PBB
d. Tanggal 23 Februari 1967 : Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pada Letjend Soeharto
e. Tanggal 12Maret 1967 : Letjend Soeharto d ilantikmenjadi pejabat presiden RI
f. Tanggal 27Maret 1968 : Letjend Soeharto dilantik menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia
g. Tanggal 3 Juli 1971 : Pemilu pertama padamasa Orde Baru
h. Tanggal 2 Mei 1977 : Pemilu kedua padamasa Orde Baru
i. Tanggal 4 Mei 1982 : Pemilu ketiga padamasa Orde Baru
j. Tanggal 23 April 1987 : Pemilu keempat padamasaOrde Baru
k. Tanggal 9 Juni 1992 : Pemilu kelima padamasa Orde Baru
adalah sebagai berikut:
a. Tanggal 11Maret 1966 : Keluarnya Supersemar sebagai tanggal lahirnya Orde Baru
b. Tanggal 11 Agustus 1966 : Normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia
c. Tanggal 28 September 1966 : Indonesiamasuk kembalimenjadi anggota PBB
d. Tanggal 23 Februari 1967 : Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pada Letjend Soeharto
e. Tanggal 12Maret 1967 : Letjend Soeharto d ilantikmenjadi pejabat presiden RI
f. Tanggal 27Maret 1968 : Letjend Soeharto dilantik menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia
g. Tanggal 3 Juli 1971 : Pemilu pertama padamasa Orde Baru
h. Tanggal 2 Mei 1977 : Pemilu kedua padamasa Orde Baru
i. Tanggal 4 Mei 1982 : Pemilu ketiga padamasa Orde Baru
j. Tanggal 23 April 1987 : Pemilu keempat padamasaOrde Baru
k. Tanggal 9 Juni 1992 : Pemilu kelima padamasa Orde Baru
l. Tanggal 29 Mei 1997 : Pemilu keenam padamasaOrde Baru
5. Peristiwa-peristiwa
Politik Pada Masa Orde Baru
Demikianlah pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto
dilantik menjadi pejabat presiden Republik Indonesia oleh ketua MPRS Jenderal
Abdul Haris Nasution. Setelah setahun menjadi pejabat presiden, Soeharto
dilantikmenjadi presiden Republik Indonesia pada tanggal 27Maret 1968
dalamSidangUmum VMPRS.Melalui Tap No. XLIV/MPRS/
1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden olehMPR hasil pemilu. Rezimkini benar-benar berganti dan Indonesia memasuki periode Orde Baru. Tanggal lahirnya Orde Baru adalah keluarnya surat perintah tanggal 11 Maret 1966 yang terkenal dengan nama Supersemar.
1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden olehMPR hasil pemilu. Rezimkini benar-benar berganti dan Indonesia memasuki periode Orde Baru. Tanggal lahirnya Orde Baru adalah keluarnya surat perintah tanggal 11 Maret 1966 yang terkenal dengan nama Supersemar.
Pengertian Orde Baru bila didasarkan pada isi
pidato pejabat presiden Letjend Soeharto dalam Sidang Paripurna Kabinet Ampera
tanggal 1April 1967 di Jakarta.Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh
perikehidupan rakyat, bangsa dan negara RI yang diletakkan kepada kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan Orde Baru adalah mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah
Negara Kesatuan RI, serta turut melaksanakan ketertibandunia
yangberdasarkanpada kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Landasan pelaksanaan Orde Baru:
- Landasan idiil adalah Pancasila
- Landasan konstitusional adalah UUD 1945
- Landasan situasional/operasional adalah ketetapan MPRS
Semenjak lahirnya Orde Baru, pemerintah berjuang keras untuk menyehatkan kehidupan politik dan pemerintahan yang telah diporak-porandakan oleh Orde Lama. Stabilitas politik dalam negeri ditata kembali sesuai dengan tuntunan Undang-Undang Dasar 1945, antara lainmelalui pemilihanumum. Penyelenggaraan pemilihan umum secara teratur merupakan keberhasilan pembangunan politik.
Landasan pelaksanaan Orde Baru:
- Landasan idiil adalah Pancasila
- Landasan konstitusional adalah UUD 1945
- Landasan situasional/operasional adalah ketetapan MPRS
Semenjak lahirnya Orde Baru, pemerintah berjuang keras untuk menyehatkan kehidupan politik dan pemerintahan yang telah diporak-porandakan oleh Orde Lama. Stabilitas politik dalam negeri ditata kembali sesuai dengan tuntunan Undang-Undang Dasar 1945, antara lainmelalui pemilihanumum. Penyelenggaraan pemilihan umum secara teratur merupakan keberhasilan pembangunan politik.
Berdirinya
pemerintah orde baru dan ciri pokok dari kebijakan-kebijakan yang dihasilkan
Diangkatnya Mayjen
Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia
Pada 27 Maret 1968, Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mengangkat Letjen
Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal tersebut terdapat dalam
ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968. Dalam melaksanakan pembangunan nasional,
pemerintah Orde baru mempunyai berbagai acuan dalam merencanakan program
pembangunan dan peningkatan perekonomian Indonesia. Salah satu program kerja
pemerintahan Orde baru adalah Trilogi Pembangunan.
Isi Trilogi Pembangunan:
1. Pemerataan pembangunan negara beserta hasil-hasilnya, dengan
konsentrasi pada terciptanya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Merencanakan, melaksanakan, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
3. Menciptakan stabilitas nasional
·
Kebijakan-kebijakan Ekonomi Era orde
baru
Kebijakan perekonomian di era orde baru telah disusun sebelumnya pada
1966. Sejak Soeharto diberikan mandat Supersemar dimasa itu. MPRS mengeluarkan
Ketetapan No. XXIII/MPRS/1966 yang berisi tentang Pembaruan Kebijaksanaan
Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan.
Pada awal masa pemerintahan Orde baru, Soeharto
dihadapkan oleh utang peninggalan Orde lama yang mencapai 2,2-2,7 miliar dolar
Amerika Serikat. Untuk menanggulanginya, Soeharto mencanangkan berbagai
kebijakan-kebijakan ekonomi dalam dan luar negeri.
Dikeluarkannya
Peraturan 28 Juli 1967. Kebijakan ini dikeluarkan untuk memberikan stimulasi
kepada pengusaha, agar mau menyerahkan sebagian dari hasil usahanya untuk
sektor pajak dan ekspor Indonesia. Tujuannya adalah agar para pengusaha
Indonesia dapat turut serta untuk merangsang perkembangan perekonomian.
Soeharto juga menerapkan kebijakan ekonomi yang
berorientasi luar negeri, yaitu dengan melakukan permintaan pinjaman dari
luar negeri.
Indonesia juga tergabung ke dalam institusi
ekonomi internasional, seperti International Bank for reconstruction and
Development (IBRD), International Monetary Fund (IMF), International
Development Agency (IDA), dan Asian Development Bank (ADB).
Karakteristik utama
pemerintahan Orde baru adalah berusaha untuk membangun pembangunan yang
terdistribusi secara merata di seluruh Indonesia. Orde baru juga memusatkan
pembangunan pada sektor pertanian untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Jika dibandingkan dengan Orde Lama, perbedaan
mendasar dalam perekonomian Orde Baru terletak di dalam proses pencarian sumber
danan pembangunan.
·
Kebijakan-Kebijakan Pembangunan Era Orde
Baru
Pemerintah Orde baru
mencanangkan program pembangunan jangka panjang yang bernama Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). REPELITA terbagi dalam pelaksanaan
Pembangunan Lima Tahun (PELITA).
·
Kebijakan Sosial-Politik Orde Baru
Dalam bidang politik, salah
satu langkah yang dilakukan oleh Soeharto adalah melakukan fusi partai politik.
Praktik tersebut dilakukan pada tahun 1975, dengan berdasar pada UU No. 3 1975.
Fusi tersebut menghasilkan Kelompok Demokrasi Pembangunan, dan Kelompok
Golongan Karya.
·
Menguatnya peran negara pada masa orde
baru dan dampaknya terhadap kehidupan sosial politik masyarakat
Pada
masa pemerintahan orde baru, struktur kinerja dan peran negara menjadi sangat
kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan 3
sektor utama, yaitu sektor militer, ekonomi, dan budaya.
Menguatnya peran negara dalam kehidupan masyarakat Indonesia di masa Orde
baru merupakan kekuatan utama bagi Soeharto dalam meraih kepentingan nasional
dan internasional.
Menguatnya posisi Golkar di masa pemerintahan Orde baru menunjukkan
kuatnya peran pemerintahan dalam menentukan perkembangan kehidupan masyarakat.
Menguatnya peran negara Indonesia di masa Orde baru juga tidak terlepas
dari strategi agregasi yang diterapkan oleh Soeharto. Salah satu strateginya
adalah adanya sistem reward and punishment terhadap
orang-orang yang mendukung atau menentang kekuatan Orde baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar